Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 27 Desember 2014

Materi PMR

Palang Merah Remaja ( PMR )

Picture
        Sejarah PMR
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan.Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh indonesiaPalang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.Sejarah Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori dr RCL Senduk dan dr Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas dr R Mochtar sebagai Ketua, dr Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu dr Djoehana Wiradikarta, dr Marzuki, dr Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.
SEJARAH PALANG MERAH INDONESIA
Palang Merah Indonesia atau PMI sebagai Organisasi Nasional dan anggota Palang Merah Internasional, tergabung dalam ICRC atau Internasional Committee of The Red Cross dan League of Nation Red Cross Society atau Liga Palang Merah Sedunia Sejak tahun 1870 di jaman penjajahan Belanda dengan nanra The Nederlands Indische Rode Kruis atau Palang Merah Hindia Belanda.
Dan pada tahun 1939 seiring dengan timbulnya dorongan dan perjuangan kebangsaan, maka dua tokoh kebangsaan Dr. Rel senduk dan Dr. Bahder Djohan mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk membentuk Palang Merah Indonesia. Meskipun ditolak untuk kedua kalinya tahun 1940 gagasan mulia ini diajukan kembali dan pemerintah Hindia Belanda tetap
menolak.
Kemudian pada jaman pendudukan Jepang tahun 1942 sampai dengan 1945 telah dirintis kembali perjuangan pembentukan Palang Merah Indonesia tetapi belum juga dapat terwujud.
Kemauan dan tekad yang membaja untuk membentuk Palang Merah Indonesia diteruskan karena tuntutan yang mendesak guna memberikan pertolongan kepada para korban pertempuran dalam perjuangan bangsa mengusir penjajah.  Dan barulah pada tanggal 3 September 1945 dikeluarkanlah perintah Presiden R.I kepadaMenteri Kesehatan dr. Boentaran Martoatmojo untuk menjajagi kemungkinan terbentuknya Palang Merah Indonesia  tanggal 5 September 1945 dibentuklah panitia persiapan yang terdiri dari 5 or-an adalah Dr.Mochtar, Dr. Bahder  Djohan, Dr. Sitanala, Dr. Djoehana. Panitia lima inilah bertugas membentuk Palang Merah Indonesia. Dan akhimya pada tanggal 17 September 1945 terbentuklah Perhimp unan Palang Merah Indonesia, bersamaan dengan dilantiknya Pengurus Besar PMI pertama adalah:

Ketua                                 : Drs. Moh Hatta
Wakil Ketua                       : Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
Badan Penulis terdiri dari  : Dr. R. Mochtar, Dr. Bahder Djohan, Mr. Santoso
Bendahara                        : Mr. T.Saubari
Penasehat                         : K.H. Raden Adrian
Setelah pengakuan kedaulatan, catatan peristiwa penting dalam Organisasi Palang Merah Indonesia adalah :
  • Dikeluarkan keputusan pemerintah No. 25 tahun 1950 tertanggal 16 Januari 1950 tentang pengesahan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi Palang Merah di Indonesia.
  • Palang Merah Indonesia diakui oleh ICRC, INTERNATIONAL COMMITTEE OF THE RED CROSS dengan surat No. 392 tertanggal 15 Juni 1950.
  • Tanggal 16 Oktober 1950 Palang Merah Indonesia diterima sebagai Liga Palang Merah International LEAGUE OF NATION RED CROSS SOCIETY
  • Dengan telah ditandatangani KONVENSI GENEVA oleh utusan Pemerintah RI maupun perwakilan Palang Merah Indonesia, maka pemerintah RI telah menetapkan UU No. 59 tahun 1958. Dengan semua tindak dan langkahnya tidak terlepas dari identias Bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Palang Merah Indonesia adalah organisasi yang netral dan independent, yang melakukan kegiatannya demi
kemanusiaan, kesukarelaan, kenetralan, kesamaan, kemandirian, kesatuan, dan kesemestaan.
Palang Merah Indonesia tidak melibatkan diri/berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Dalam pelaksanaannya tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling
membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.
Sejarah Lahirnya Gerakan
Pada tahun 1895, Henry Dunant menyaksikan terjadinya peperangan di Solferino, dimana banyak korban perang yang tidak mendapat pertolongan, sehingga timbul gagasan untuk memberikan pertolongan kepada korban perang tersebut.Pengalaman itu dituangkan di dalam buku “Kenangan Solferino” (tahun 1862). Dalam buku tersebut diuraikan tentang kondisi yang ditimbulkan oleh peperangan dan mengusulkan agar segera dibentuk satuan tenaga sukarela yang bernaung di bawah suatu lembaga yang memberikan pertolongan kepada orang-oang yang terluka di medan perang.
Buku “Kenangan Solferino” menarik perhatian 4 orang penduduk Jenewa yaitu :
– General Dufour
– Dr. Louis Appia
– Dr. Theodore Maunoir
– Gustave Moynier
Empat (4) orang tersebut bersama Henry Dunant membentuk Komite Lima yang kemudian menjadi International Committee Of The Red Cross (ICRC) = Komite Internasional Palang Merah (KIPM).Pada tanggal 22 Agustus 1864 atas pakarsa ICRC, Pemerintah Swiss menyelenggarakan suatu konperensi yang diikuti oleh 12 Kepala Negara yang menandatangani perjanjian internasional yang dikenal dengan KONVENSI JENEWA I.Karena tanda Palang Merah diasumsikan mempunyai arti khusus maka pada tahun 1876 simbol Bulan Sabit Merah disahkan untuk digunakan oleh negara-negara Islam. Kedua Simbol tersbut memiliki arti dan nilai yang sama.Dengan berakhirnya Perang Dunia I, berbagai epidemi penyakit berjangkit dan bencana kelaparan menjalar.Melihat kenyataan itu, Henry P. Davidson warga negara Amerika, merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang menangani masalah bantan tersebut, yang saat ini dikenal sebagai Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan sabit Merah (didirikan tanggal 5 Mei 1919 dalam suatu konperensi Kesehatan Internasional di Cannes Perancis).
Kemanusiaan dan Kerelawanan Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:
1.    membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian JayaTimor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.
2.    membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di KabupatenJayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir di Lhokseumawe AcehGorontaloNiasJawa BaratTsunami di Nangroe Aceh Darussalam, PantaiPangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
3.    transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.
Basis Masyarakat Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
  1. Kemanusiaan (humanity)
  2. Kesamaan (impartiality)
  3. Kenetralan (neutrality)
  4. Kemandirian (independence)
  5. Kesukarelaan (voluntary service)
  6. Kesatuan (unity)
  7. Kesemestaan (universality)
  • Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.
  • Kesamaan
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan medahulukan keadaan yang paling parah.
  • Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.
  • Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu Pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.
  • Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun
  • Kesatuan
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
  • Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.
Berdasarkan Statuta / Anggaran Dasar Gerakan, masalah lambang pelindung yaitu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga perlu mendapat perhatian untuk dibahas dan disebarluaskan. Setiap orang perlu diberi pengertian bahwa orang dan benda / objek apapun yang memakai lambang pelindung tersebut tidak boleh diserang. Perlu juga ditekankan mengenai siapa saja yang berhak menggunakan lambang tersebut. Penghormatan terhadap lambang ini perlu ditegakkan pada masa damai untuk menjamin pula penghormatannya pada saat konflik bersenjata. Masalah lambang ini sangat penting karena menyangkut keselamatan dan jaminan perlindungan terhadap anggota Gerakan terutama pada masa konflik bersenjata. Apabila keamanannya terjamin, maka merekapun dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal.
”    Mars PMI   “
Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila
Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi
Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
”   Hymne PMI   “
Palang Merah Indonesia
Wujud Kepedulian Nyata
Nurani Yang Suci
Untuk Membantu Menolong Sesama
PMI
Siaga Setiap Waktu
Berbakti, Dan Mengabdi
Bagi Hidup Manusia
Agar Sehat Sejahtera Di Seluruh Dunia Mars Palang Merah Remaja Bhakti PMR
Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia
Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya
Syarat-syarat menjadi anggota PMR 
Berikut ini adalah syarat-syarat untuk menjadi anggota PMR.
  1. Warga Negara Indonesia.
  2. Berusia 7 tahun sampai dengan 21 tahun.
  3. Dapat membaca dan menulis.
  4. Atas kemauan sendiri, tanpa paksaan maupun tekanan dari orang lain, ingin menjadi anggota PMR.
  5. Mendapat persetujuan dari orang tua atau wali.
  6. Sebelum menjadi anggota penuh, bersedia mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diharuskan.
  7. Bersedia melaksanakan tugas kepalangmerahan selaku anggota PMR secara sukarela.
Hak keanggotaan 
Hak keanggotaan berakhir apabila:
  1. Meninggal dunia
  2. Merugikan nama dan kedudukan PMR khususnya, dan PMI umumnya.

PATUT
P : Penolong mengamankan diri sendiri sebelum bertindak
A : Amankan Korban
T : Tandai tempat kejadian
U : Usahakan panggil bantuan
T : Tangani korban (dengan P3K) mulai dari luka yang paling serius atau membahayakan keselamatan korban
Tribakti Palang Merah Remaja
  1. Meningkatkan ketrampilan hidup sehat.
  2. Berkarya dan berbakti di masyarakat.
  3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional
Faktor-Faktor yang dilatih dalam pendidikan ke-PMR-an:
  • Fisik
  • Mental
  • Kreatifitas/Otak
Pertolongan Pertama 
Pelaksanaan pertolongan pertama
  1. Periksa kesadaran
  2. Periksa pernapasan
  3. Periksa apakah ada tanda-tanda pendarahan
  4. Periksa keadaan lokal atau keadaan sekitar
Peralatan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)
  1. Bahan membersihkan tangan. Contoh: Sabun, alkohol.
  2. Obat pencuci luka. Contoh: Rivanol, alkohol.
  3. Obat pengurang rasa sakit. Contoh: Parasetamol.
  4. Wewangian untuk menyadarkan korban. Contoh: Cologne, minyak angin.
  5. Pembalut gulung
  6. Mitela
  7. Kapas
  8. Plester
  9. Kain kassa/ kain steril
  10. Gunting
  11. Pinset
Pelajaran Membuat Tandu
  1. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan: tambang, bambu untuk pegangan tangan
  2. Membuat simpul jangkar dan simpul pangkal
  3. Mengencangkan dan menguatkan tandu agar bisa ditempati oleh korban
Pelajaran Evakuasi korban
  1. Bagaimana cara mengangkat korban ke tandu
  2. Cara mengangkat korban dengan 2 orang atau lebih.
  3. Cara mengangkat korban sendiri
PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
TUJUAN
1. menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya – agar tidak bergeser dari tempatnya
2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. menunjang bagian tubuh yang cedera
4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.
MACAM
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril
1. MITELLA (pembalut segitiga)
  • Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
  • Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
  • dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
2. DASI (cravat)
  • Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
  • Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
  • Cara membalut:
Ø  Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
Ø  Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik
Ø  Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3. PITA (pembalut gulung)
  • Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
  • Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
Ø  2,5 cm : untuk jari-jari
Ø  5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
Ø  7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Ø  10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
Ø  10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
  • Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
Ø  Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
Ø  Pastikan bahwa perban tergulung kencang
Ø  Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
Ø  Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
Ø  Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
4. PLESTER (pembalut berperekat)
  • Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan plester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
  • Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
  • Cara membalut luka terbuka dengan plester:
Ø  luka diberi antiseptik
Ø  tutup luka dengan kassa
Ø  baru letakkan pembalut plester.
5. PEMBALUT LAINNYA
  • Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
  • Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
6. Kassa steril
  • Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
  • Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
  • Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
  • Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
  • Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
  • Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
  • Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
  • Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
  • Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
  • Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
  • Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
  • Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
  • Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
  • Pengikatan dengan tourniquet.
Ø  Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
Ø  Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
Ø  Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
Ø  Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
  • Elevasi bagian yang terluka
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
  • Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
  • Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
  • Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
  • Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
  • Tidak mudah kendor atau lepas.
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya indfeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
  • Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
  • Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
  • Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
  • Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
 Daftar Isi Kotak P3K menurut bentuknya masing-masing:
a. Kotak Bentuk I berisi:
  • 10 gram kapas putih
  • 1 rol pembalut gulung lebar 2.5 cm
  • 1 rol pembalut gulung lebar 5 cm
  • 1 pembalut segitiga (mitella)
  • 1 pembalut cepat steril/snelverband
  • 10 buah kassa steril ukuran 5×5 cm
  • 1 rol plester lebar 2.5 cm
  • 10 buah plester cepat (mis. Tensoplast, dll.)
  • 1 buah gunting
  • 1 buku catatan
  • 1 buku pedoman P3K
  • 1 daftar isi kotak P3K
Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk I
  • Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, Acetosai, dll)
  • Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll)
  • Norit
  • Obat anti alergi
  • Obat merah
  • Soda Kue
  • Obat tetes mata
  • Obat gosok
 b. Kotak Bentuk II berisi:
  • 50 gram kapas putih
  • 100 gram kapas gemuk
  • 3 rol pembalut gulung lebar 2.5 cm
  • 2 rol pembalut gulung lebar 5 cm
  • 2 rol pembalut gulung lebar 7.5 cm
  • 2 pembalut segitiga (mitella)
  • 2 pembalut cepat steril/snelverband
  • 10 buah kassa steril ukuran 5×5 cm
  • 10 buah kassa steril ukuran 7.5×7.5 cm
  • 1 rol plester lebar 1 cm
  • 20 buah plester lebar 1 cm
  • 20 buah plester cepat (mis. Tensoplast)
  • 1 bidal
  • 1 gunting pembalut
  • 1 buah sabun
  • 1 dos kertas pembersih (cleansing tissue)
  • 1 pinset
  • 1 lampu senter
  • 1 buku catatan
  • 1 buku pedoman P3K
  • 1 daftar isi kotak P3K
 Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk II
  • Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, Acetosai, dll)
  • Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll)
  • Norit
  • Obat anti alergi
  • Soda Kue, garam dapur
  • Merculochrom
  • Obat tetes mata
  • Obat gosok
  • Salep anti histamimka
  • Salep sulfa atau S.A. powder
  • Boor zalif
  • Sofratulle
  • Larutan rivanol 1/10 500 cc
  • Amoniak cair 25% 100 cc
 c. Kotak Bentuk III berisi:
  • 300 gram kapas putih
  • 300 gram kapas gemuk
  • 6 rol pembalut gulung lebar 2.5 cm
  • 8 rol pembalut gulung lebar 5 cm
  • 2 rol pembalut gulung lebar 10 cm
  • 4 pembalut segitiga (mitella)
  • 2 pembalut cepat steril/snelverband
  • 20 buah kassa steril ukuran 5×5 cm
  • 40 buah kassa steril ukuran 7.5×7.5 cm
  • 1 rol plester lebar 1 cm
  • 20 buah plester cepat (mis. Tensoplast)
  • 1 rol plester lebar 2.5 cm
  • 3 bidal
  • 1 gunting pembalut
  • 1 buah sabun
  • 2 dos kertas pembersih (cleansing tissue)
  • 1 pinset
  • 1 lampu senter
  • 1 buku catatan
  • 1 buku pedoman P3K
  • 1 daftar isi kotak P3K
Obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk III sama dengan obat-obatan untuk Kotak P3K Bentuk II
 d. Kotak Khusus Dokter berisi:
  • 1 set alat-alat minor surgery lengkap
  • 1 botol Alcohol 70% isi 100 cc
  • 1 botol Aquadest isi 100 cc
  • 1 botol Betadine solution 60 cc
  • 1 botol Lysol isi 100 cc
  • 5 spnit injection diskosable 2 ½ cc
  • 5 spnit injection diskosable 5 cc
  • 20 lidi kapas
  • 2 flakon ATS injection isi 100 cc (disimpan ditempat sejuk)
  • 5 flakon P.S. 4:½ atau 4:1 atau PP injectie
  • Ampul morphine injectie
  • 3 ampul pethridine injectie
  • 2 flakon antihistamine injectie
  • 2 flakon anti panas injectie
  • 5 ampul adrenaline injectie
  • 1 flakon cartison injectie
  • 2 ampul cardizol injectie
  • 2 ampul aminophyline injectie
  • 10 sulfas atropine injectie 0.25 g
  • 10 sulfas atropine injectie 0.5 g
  • 5 ampul anti spascodik injectie
  • 2 handuk
  • 1 tempat cuci tangan
  • 1 mangkok bengkok
  • 1 buku catatan
  • 1 buku pedoman P3K
  • 1 daftar isi
MACAM-MACAM LUKA DAN PERTOLONGANNYA
Definisi
Kerusakan/ terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan
Ø  Macam – macam Luka
  1. Luka lecet
  2. Luka memar
  3. Luka iris
  4. Luka robek
  5. Luka tusuk
  6. Luka tembak
Ø    Dasar Pertolongan
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah kerusakan jaringan lebih parah
4. Mempergunakan cara – cara pertolongan agar penyembuhan lebih cepat
A. Luka Lecet
Terkelupasnya permukaan kulit akibat pergesekan dengan benda keras dan kasar
Tindakan
  • Bersihkan dengan air atau obat anti septic
  • Tutup luka
  • Bila luas beri Antibiotika, Anti Tetanus Serum (ATS) (Dokter/Rumah Sakit)
B. Luka Memar
Kerusakan jaringan di bawah kulit akibat pukulan benda tumpul, tanpa kerusakan yang berarti di permukaan kulit
Tanda : membiru dan membengkak
Tindakan
  • Kompres dengan air dingin/es
  • Bila bengkak beri zalf lasonil/ trombopob
C. Luka Iris
Luka yang ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam
Tanda :
  • Bentuk luka memanjang
  • Tepi luka merupakan garis lurus
  • Jaringan sekitar luka tidak rusak
Tindakan
  • Bersihkan luka dengan air/ antiseptic
  • Pada luka iris yang pendek dan dangkal, tempelkan plaster (plaster kupu – kupu)
D. Luka Robek
Luka yang ditimbulkan oleh goresan benda yang tidak terlalu tajam
Tanda
  • Tepi luka tidak teratur
  • Jaringa sekitar luka rusak
  • Tindakan pada umumnya memerlukan jahitan (Dokter/Rumah Sakit)
Tindakan
  • Bersihkan sekitar luka dengan cairan anti septic
  • Bersihkan bagian dalam luka dengan H2O2
  • Tutup luka dengan sufratule dan kasa steril, bila tidak ada cukup tutup dengan kain yang bersih
  • Balut yang agak menekan
  • Berikan antibiotik, ATS (Dokter/Rumah Sakit)
E. Luka Tusuk
Luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda berujung runcing
Tanda
  • Mulut luka lebih sempit daripada dalamnya
  • Tepi luka ikut terdorong kedalam luka
Bahaya infeksi dan tetanus lebih besar
Letak luka harus diperhatikan, misalnya : di daerah jantung akan menimbulkan kematian lebih cepat.
1.      Luka tusuk di Dada
Bila tidak mengenai jantung dapat menembus hingga paru – paru sehingga menimbulkan perdarahan dalam rongga paru – paru dan udara masuk ke dalam rongga paru – paru sehingga paru – paru pada sisi yang sakit akan mengempis
Tanda
  • Kesakitan waktu bernafas
  • Mendadak sesak
  • Gerakan iga di sisi yang luka berkurang
Tindakan
  • Tutup luka dengan kasa steril yang dibasahi cairan steril
  • Balut luka dengan plester (kedap udara)
  • Bersihkan saluran pernafasan
  • Beri obat pengurang rasa sakit
  • Bawa ke RS terdekat
2.      Luka Tusuk di Perut
Tindakan
  • Bersihkan sekitar luka dengan antiseptic
  • Tutup luka dengan kasa steril yang agak tebal dan sudah dibasahi cairan steril
  • Balut yang menekan
  • Bila usus terlihat keluar jangan dimasukkan
  • Bila pisau belum tercabut biarkan saja segera bawa ke RS
3.      Luka Tusuk di Anggota Badan
Tindakan
  • Bersihkan luka dengan antiseptic
  • Bila luka dalam bersihkan dengan H2O2\
  • Tutup luka dengan kasa steril
  • Balut yang menekanBeri antibiotik,
  • ATS (Dokter/Rumah Sakit)
F. Luka Tembak
Bentuknya antara luka tusuk dengan luka robek. Pada luka tembak ini harus dicari tempat keluarnya peluru. Bila tidak ditemukan kemungkinan peluru tertinggal di dalam tubuh.
Pada pinggir luka tempat peluru masuk sering terdapat jeluga biru panasnya peluru
Tindakan
  • Bersihkan sekitar luka
  • Tutup luka
  • Kirim RS
Pada setiap luka yang sudah terinfeksi akan timbul peradangan yang disusul pernanahan.
Tindakan pada luka infeksi
  • Bersihkan luka dan sekitarnya dengan antiseptic
  • Keluarkan kotoran/ pus dalam luka dengan cara menekan dari pinggir luka kearah tengah
  • Setelah kotoran terkumpul dibagian tengah luka bersihkan daerah luka dengan antiseptik dan H202
  • Berikan kompres Revanol 5x sehari
  • Bila luka sudah agak mengering berikan zalf antibiotic
  • Sebaiknya diberikan obat : anti biotik dan pengurang rasa sakit
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
  • Luka – luka yang luas
  • Luka di leher dan muka
  • Luka tusuk dan gigitan binatang yang cukup dalam
  • Ada gejala – gejala terkena tetanus
  • Luka yang terlambat mendapat perawatan
  • Luka tembak yang sudah disertai jaringan mati.
Simpul Tali Temali
Dalam Pramuka kita mengenal dengan istilah Tali Temali, nah di Saka Bakti Husada juga kita akan lebih memperdalam tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan Tali Temali.
Dalam tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.
Macam simpul dan kegunaannya1. Simpul ujung tali
   Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas.
2. Simpul mati
   Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin.
3. Simpul anyam
    Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering.
4. Simpul erat
   Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan.
5. Simpul kembar 
    Gunanya untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin.
6. Simpul kursi 
   Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan .
7. Simpul penarik
    Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar.
8. Simpul laso
   Gunanya untuk menjerat binatang.
9. Simpul pangkal
    Gunanya untuk permulaan ikatan untuk mengikat tali pada tiang/kayu.
10. Simpul erat/tambat
     Gunanya Untuk memulai ikatan dan digunakan untuk menyeret balok.
11. Simpul tiang 
     Gunanya Untuk mengikat benda hidup/leher binatang agar yang diikat tidak terjerat, dan untuk            menambatkan tali pengikat binatang pada pohon agar binatang itu dapat bergerak bebas.
12. Simpul tarik
     Gunanya Untuk turun kejurang atau dari atas pohon.
13. Simpul tiang berganda
      Gunanya Untuk mengangkat atau menurunkan benda/manusia.
14. Simpul gulung
     Gunanya Untuk diikatkan pada tali penarik agar orang lain dapat membantu menarik.
15. Simpul nelayan/pemukat 
     Gunanya Untuk menarik balok kayu yang besar.
16. Simpul tangga tali
     Gunanya Untuk membuat tangga tali.
17. Simpul jangkar
     Gunanya Untuk membuat tanduk darurat atau mengikat ember/timba.
18. Simpul hidup
     Gunanya Untuk mengikat tiang.
19. Simpul tetap
     Gunanya Untuk mengikat tali pada tiang lebih lama.
20. Simpul hidup berganda 
     Gunanya Untuk mengikat tiang atau mengangkat balok.
21. Simpul guling 
     Gunanya Untuk mengikat tiang.i
Macam Ikatan dan Kegunaannya
1.Ikatan pangkal
Gunanya untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini dapat juga digunakan untuk memulai suatu ikatan.

2.Ikatan tiang
Gunanya untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.

3.Ikatan jangkar
Gunanya untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.

4.Ikatan tambat
Gunanya untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret balik dan bahkan ada juga dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.

5.Ikatan tarik
Gunanya untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang, kemudian mudah untuk membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.

6.Ikatan turki
Gunanya untuk mengikat sapu lidi setangan leher
7.Ikatan palang
8.Ikatan canggah
9.Ikatan silang
10.Ikatan khaki tiga
PMI KINI
Dalam rangka menghadapi perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan yang semakin global dalam suasana yang semakin demokratis maka PMI harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebagai stakeholder untuk ikut mengambil peran aktif di dalamnya.
Karena itu, PMI telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 – 2004 :

A. Visi
PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian.

B. Misi
1. Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit
Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.

2.Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, mencakup:

  • Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat
  • Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat
  • Usaha Kesehatan Transfusi Darah
3. Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.
4. Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efiesien.


 

Blogger news

Blogroll

About