Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 21 April 2014

PENERAPAN PROSEDUR PEMBELAJARAN KONSEP


PENERAPAN  PROSEDUR PEMBELAJARAN KONSEP


A.   Mengapa Belajar Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berfikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

B.   Definisi dan Berbagai Macam Konsep
Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh siswa. Oleh karena konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati; konsep-konsep harus disimpulkan dari perilaku, walaupun kita dapat memberikan suatu definisi verbal dari hubungan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain.
Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan individu.
Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.
Macam-macam konnsep yang kita pelajari tidak terbatas. Konsep panas sangat berbeda dari konsep relativitas dalam beberpa dimensi. Flavel (1970) menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dala, tuuh dimensi, yaitu:
1.      Atribut
Setiap konsep memiliki sejumlah atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut-atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan, contohnya konsep meja.
2.      Struktur
Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal yaitu; konsep-konsep konjuktif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua konsep contonya, wanita yang main dalam film dimana atributnya ialah wanita dan main dalam film. Konsep-konsep disjunktif adalah konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada contohnya konsep seorang paman yang merupakan kakak dari ibu atau ayah. Konsep-konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep. Kelas social adalah suatu contoh  dari konsep relasional. Kelas social ditentukan oleh hubungan antara pendapatan, pendidikan, jabatan atau pekerjaan, dan factor-faktor lainnya.
3.      Keabstrakan
Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
4.      Keinklusifan
Konsep ini ditujukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.
5.      Generalitas atau keumuman
Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinat.
6.      Ketepatan
Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep.
7.      Kekuatan (power)
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju, bahwa konsep itu penting.
Menurut Rosser (1984), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek , kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokkan stimulus-stimulus dengan ccara tertentu. Secara singkat dapat kita katakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili suatu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan, bahwa suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu.

C.   Perolehan Konsep-Konsep
Menurut Ausubel (1968), konsep-konsep diperoleh dengan dua cara yaitu formasi konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept asimilasi). Formasi konsep terutama merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Sedangkan asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.
Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu.
Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Misalnya konsep binatang, tumbuhan, dan lain-lain. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis.
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap yaitu:
a.       Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh.
b.      Masuk ketahap selanjutnya, setelah kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori-kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (concept formation). Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan.
c.       Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan perolehan konsep.
Melalui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya lebih langsung.
1.      Pembentukan Konsep
Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Bila anak dihadapkan pada stimulus-stimulus, lingkungan, ia mengabstraksi sifat-sifat tertentu atau atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus-stimulus. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitive yang melibatkan proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstraksi, diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan generalisasi. Pembentukan konsep ini juga ditujukan oleh orang-orang yang lebih tua dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan dalam laboratorium, tetapi dengan tingkat sofistifikasi yang lebih tinggi.
2.      Asimilasi Konsep
Asimilasi konsep merupakan proses deduktif, dimana anak-anak diharapkan belajar banyak konsep melalui proses asimilasi konsep. Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang yang belajar harus sudah memperoleh definsi formal dari suatu kata menunjukkan kesamaan-kesamaan (commonalities) dengan konsep tertentu dan membedakan kata itu dari konsep-konsep lain.
Walupun kedua bentuk belajar konsep ini efektif, pembentukan konsep lebih memakan waktu daripada asimilasi konsep. Dengan mempertimbangkan, bahwa begitu banyak konsep yang harus dipelajari siswa selama sekolah, penggunaan berlebihan dari metoda penemuan hendaknya dibatasi.

D.   Penjelasan Teroritis Tentang Belajar Konsep
1.      Pendekatan Perilaku
Bagi para penganut teori perilaku, dasar belajar konsep, seperti juga bentuk-bentuk belajar yang lain, ialah asosiasi stimulus dan respons. Perbedaan utama antara belajar konsep dan belajar-bellajar yang lain ialah dalam belajar konsep anak yang belajar memberikan suatu respons terhadap sejumlah stimulus yang berbeda, jadi bukan memberikan satu respon terhadap satu stimulus.
Bagi para pengikut teori-teori perilaku, belajar konsep melibatkan perubahan-perubahan kuantitatif. Perubahan-perubahan itu terdiri atas; penambahan lebih banyak stimulus pada suatu respon yang sudah dipelajari dan peningkatan jumlah berbagai hubungan S—R.
Para perilakuwan menekankan aspek-aspek yang dapat diamati dari situasi sebagai factor-faktor penting dalam belajar konsep. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa belajar konsep dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:
a.       Pola reinforsemen dan umpan balik
b.      Jumlah contoh-contoh positif dan negative
c.       Jumlah atribut-atribut
2.      Pendekatan-pendekatan Kognitif
Penedekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana konsep-konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Walaupun para teoriwan kognitif memikirkan kondisi-kondisi yang memperlancar pembentukan konsep, penekanan mereka ialah pada proses-proses internal yang digunakan dalam belajar konsep-konsep.
Studi-studi kognitif tentang perolehan konsep telah memperlihatkan beberapa penemuan sebagai yang dikemukakan dibawah ini.
a.       Konsep-konsep konjunktif lebih mudah dipelajari daripada konsep-konsep disjunktif atau konsep-konsep relasioonal.
b.      Belajar konsep lebih mudah dengan menggunakan paradigm selektif daripada paradigma reseptif.
3.      Beberapa Pendekatan Dewasa Ini
Dalam bukunya “Principles of Intructional Design” (1988) Gagne menyarankan kondisi-kondisi berikut yyang dibutuhkan untuk belajar konsep-konsep konkrit.
Kondisi internal: siswa harus dapat membedakan contoh suatu konsep  dan noncontoh suatu konsep. Jika digunakan instruksi verbal, subyek sudah harus ada sebelumnya mempelajari nama verbal. Siswa harus mengingat kembali diskriminasi maupun nama verbal
Kondisi eksternal: isyarat-isyarat verbal merupakan cara-cara utama dalam mengajar konsep-konsep konkrit.

E.    Tingkat-Tingkat Pencapaian Konsep
Pengembangan konsep-konsep melalui satu seri tingkatan. Kita mencapai konsep-konsep pada tingkat-tingkat yang berbeda. Konsep-konsep yang berbeda dipelajari pada usia-usia yang berbeda. Klausmeier (1977) menghipotesiskan ada empat tingkat pencapaian konsep, yaitu :
1. Tingkat konkret
Tingkat konkret ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Contohnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret.
2. Tingkat identitas
Pada tingkat identitas seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.
3. Tingkat klasifikatori
Tingkat klasifikatori dapat digambarkan anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah.
4. Tingkat formal
Pada tingkatan formal anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal.

F. Menentukan Konsep-Konsep yang akan Diajarkan
Dalam menentukan konsep yang akan diajarkan, ada beberapa sumber yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Penulis-penulis buku pelajaran (buku teks)
2. Pengembangan-pengembangan kurikulum
3. Pengalaman guru itu sendiri
4. Anak-anak atau siswa itu sendiri
Penuntun-penuntun kurikulum dan buku-buku teks menyediakan suatu kerangka atau konsep-konsep yang akan diajarkan dan perilaku siswa akan menentukan konsep-konsep lain. Pengetahuan guru tentang perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa itu sendiri akan menyediakan informasi tambahan, bukan hanya untuk menentukan konsep-konsep yang diajarkan, melainkan juga untuk menentukan tingkat-tingkat yang dapat kita harapkan dicapai oleh para siswa.

G. Merencanakan Pelajaran
Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dalam merencanakan, guru harus memutuskan tingkat pencapaian konsep yang mana yang dapat diharapkan dari para siswa. Analisis konsep dapat menolong guru dalam hal ini, dan memilih materi pelajaran yang akan diberikan.
1. Menentukan tingkat pencapaian konsep
Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada kompleksitas dari konsep dan tingkat perkembangan kognitif dari siswa. Tingkat pencapaian formal dapat diharapkan bila pengajaran yang tepat diberikan pada siswa-siswa pada periode operasional formal. Tingkat-tingkat pencapaian konsp yang diharapkan tercermin dari tujuan-tujuan pengajaran yang dirumuskan bagi para siswa.
2. Analisis konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Nama konsep
Orang dapat membentuk konsep-konsep tanpa memberi nama pada konsep itu, terutama pada tingkat konkret dan tingkat identitas. Tetapi, setelah mereka masuk sekolah mereka diberi pelajaran tentang nama-nama konsep yang telah diterima secara luas.
b. Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep
Atribut-atribut criteria suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Atribit-atribut variabel konsep ialah ciri-ciri yang mungkin berbeda di antara contoh-contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu.
c. Definisi konsep
Pada tingkat formal, siswa dapat belajar konsep melalui definisi yang diberikan. Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu criteria bahwa siswa telah belajar konsep itu.
d. Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh
Dengan membuat daftar dari atribut-atribut dari suatu konsep, pengembangan konsep-konsep dan nonkonsep-nonkonsep dapat diperlancar.
e. Hubungan konsep pada konsep-konsep lain : superordinat, koordinat, dan subordinat.
Untuk sebagian besar konsep-konsep, kita dapat mengembangkan suatu hiarki dari konsep-konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep-konsep lain.


DAFTAR PUSTAKA
Arsianah, Rinda. 2008. Konsep Belajar dalam Dunia Pendidikan. http://pkab.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 september 2011.
Fataruba, Hayatuddin. 2010. Pengertian Teori dan Konsep Belajar. http://taliabupomai.blogspot.com
Sofa, Pakde. 2008. Teori Belajar Konsep dan Strategi Penerapannya Dikelas. http://massofa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 september 2011.
Suciptoardi. 2011. Perencanaan pembelajaran sejarah. http://www. Viva Historia, Jas Merah.com. Diakses pada tanggal 19 september 2011.
Syamrilaode. 2010. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep. http://www. shvoong.com . Diakses pada tanggal 19 september 2011.
Wilis, Dahar Ratna, 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About