“Kemampuan
Komunikasi Bisnis dan Negosiasi”
Dosen Pengampu : Drs. A. Banajid
Disusun oleh :
Diah Fajriah S.M :
1112015000008
Dede Tiara Rachmawaty : 1112015000041
M. Fathurahman Asbaha : 1112015000049
Siti Nurjannah : 1112015000091
PROGRAM
STUDI EKONOMI - AKUNTANSI
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
ilmu ekonomi dikenal istilah bisnis yang berarti suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya. Ada 3 hal penting dalam
bisnis, yaitu semua bisnis menghasilkan barang atau jasa, semua bisnis mencari
keuntungan, dan semua bisnis mencoba meneruskan keinginan konsumen.
Mengapa
kita perlu berbisnis? Karena bisnis memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, bisnis bisa dijadikan sebuah pilihan karir
atau profesi. Alasan lain yang mendorong kita untuk berbisnis adalah keinginan
untuk memiliki dan untuk menjelaskan kepada konsumen tentang produk yang
dihasilkan.
Menjalankan
sebuah bisnis bukan suatu hal yang mudah, karena dalam pelaksanaannya kita
memerlukan persiapan yang matang serta memiliki keterampilan dalam aspek-aspek
yang mendukung berjalannya bisnis. Salah satu keterampilan penting dalam
menjalankan sebuah bisnis adalah keterampilan dalam bernegosiasi.
Tidak
bisa dipungkiri, dalam bisnis kita tidak bisa berjalan secara individu. Dalam
bisnis, kita akan memerlukan dan akan berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan dalam bernegosiasi akan mempermudah perjalanan suatu bisnis, karena
kita akan dengan mudah mendapatkan kesepakatan yang sesuai dengan keinginan
kedua belah pihak yang melakukan kerja sama.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
a.
Apakah
pengertian negosiasi?
b.
Bagaimana
karakteristik negosiator yang baik?
c.
Apa
yang harus dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam negosiasi?
d.
Bagaimana
prinsip pelaksanaan negosiator?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan
yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini antara lain:
a.
Mengerti
apa yang dimaksud dengan negosiasi
b.
Mengetahui
bagaimana karakteristik seorang negositor yang baik
c.
Memahami
apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam negosiasi
d.
Mengetahui
prinsip-prinsip pelaksanaan negosiator.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Negosiasi
Negosiasi
adalah suatu upaya untuk mengatasi perbedaan pendapat antara kedua belah pihak.
Negosiasi juga bisa disebut sebagai perundingan. Seseorang yang melakukan
negosiasi disebut negosiator. Dalam melakukan negosiasi seorang negosiator
harus memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan dan intuitif dalam melakukan
negosiasi. Hal tersebut dikarenakan negosiasi yang baik dan efektif adalah
negosiasi yang berdasarkan data riil, akurat, dan faktual.
Negosiasi memiliki
beberapa karakteristik, diantaranya:
a.
Senantiasa melibatkan orang,
baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
b.
Memiliki
ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
c.
Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu,
baik berupa tawar menawar (bargain) maupun
tukar menukar (barter);
d.
Hampir
selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun
ekspresi wajah;
e.
Negosiasi
biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan
kita inginkan terjadi;
f.
Ujung
dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
Ada
beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang negosiator, antara lain:
a.
Informasi
Seorang negosiator
harus memiliki kemampuan untuk mencari, mengolah dan memanfaatkan informasi
yang riil, akurat, dan faktual.
b.
Ilmu
Pengetahuan
Seorang negosiator
diharuskan memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara bernegosiasi yang
efektif.
c.
Penilaian
Seorang negosiator
harus memiliki ketepatan dan kecepatan dalam menilai situasi dan kondisi proses
negosiasi.
d.
Bijak/Arif
Seorang negosiator
diharapkan bertindak dengan pegangan moral (etika bisnis) dalam proses
negosiasi.
2.2
Karakteristik Negosiator yang Baik
Negosiator
seperti yang telah diungkapkan di atas adalah orang yang melakukan negosiasi
atau perundingan. Negosiator dibedakan menjadi 2 dilihat dari tujuan dalam
negosiasi tersebut, yaitu:
a.
Value Claimers
Seorang negosiator yang
memandang negosiasi sebagai
proses pertikaian. Masing-masing
pihak berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan
memberikan sesedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya. Cara
yang digunakan adalah taktik yang manipulatif, argumen yang memaksakan, konsesi
terbatas dan tawar-menawar yang alot.
b.
Value Creator
Seorang negosiator yang
mengutamakan proses dinama akan menguntungkan kedua belah pihak. Mencoba untuk
menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi. Cara
yang digunakan adalah dengan mengembangkan hubungan yang kolaboratif,
mengutamakan penyesuaian kepentingan kedua belah pihak, bersikap ramah dan
kooperatif.
Untuk
menjadi seorang negosiator yang baik, seseorang tidak hanya dituntut untuk
memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, seorang negosiator yang
baik dituntut untuk memiliki sifat-sifat berikut:
a.
Percaya
diri
Dalam bernegosiasi
kepercayaan diri sangat diperlukan, karena yang dipertimbangkan bukan hanya
materi yang disampaikan tetapi juga bagaimana cara penyampaiannya. Ketika
seseorang memiliki kepercayaan diri yang kurang, maka penyampaian materi juga
kurang optimal, sehingga secara tidak langsung akan membuat ragu pihak lain
yang diajak bernegosiasi.
b.
Menghargai
orang lain
Sifat menghargai orang
lain mungkin dinilai tidak ada kaitannya dengan negosiasi. Tetapi sebenarnya
hal tersebut sangat penting, karena ketika kita menghargai orang lain kita akan
membina sebuah awal hubungan yang baik, sehingga akan mempermudah proses
negosiasi. Menghargai orang lain dapat berupa kita mengenali orang-orang
disekitar, kemudian lebih fokus pada kelebihan tanpa mencari kekurangan dan kesalahan
orang lain, dan yang paling penting adalah membangun hubungan saling percaya.
c.
Menciptakan
penampilan yang baik
Ketika bernegosiasi
kita akan dihadapkan pada sebuah interaksi dengan pihak lain. Dalam sebuah
interaksi penampilan yang sopan tapi menarik akan lebih membuat nyaman,
sehingga akan tercipta suasana yang kondusif untuk mencapai sebuah kesepakatan.
d.
Dapat
mengendalikan emosi
Dalam bernegosiasi
tidak bisa dipungkiri kita akan berada pada sebuah konflik antara kedua belah
pihak. Dalam situasi tersebut, seorang negosiator harus mampu mengendalikan
emosi dan egonya, karena jika emosi tidak terkendali maka tujuan dari negosiasi
tidak akan tercapai.
e.
Tidak
merasa sempurna
Ketika seseorang merasa
bahwa dirinya sempurna, maka orang tersebut tidak akan mau menerima kritik atau
saran yang ditujukan kepadanya. Seorang negosiator yang baik harus mampu dan
mau menerima kritik dan saran, karena hal tersebut akan membantu meningkatkan
kemampuan dan ilmu pengetahuan dalam bernegosiasi.
f.
Ramah,
sopan, simpatik dan humor
Sikap ramah dan sopan
merupakan sikap yang wajib dimiliki setiap orang bukan hanya seorang
negosiator. Dalam bernegosiasi, sikap tersebut akan menciptakan persepsi dari
pihak lain bahwa kita memiliki pembawaan yang menyenangkan dan bersahabat
kepada siapa saja. Untuk sikap simpatik, hal tersebut akan menunjukkan bahwa
kita tidak hanya memikirkan dan mementingkan diri sendiri tetapi juga
memperhitungkan keadaan dan kepentingan orang lain. Humoris juga diperlukan
dalam bernegosiasi, karena dengan sedikit humor akan mencairkan suasana yang
tegang sehingga kembali ke suasana kondusif.
g.
Berpikir
positif
Seseorang yang berpikir
positif akan selalu optimis dalam setiap langkah yang dijalaninya. Berpikir
positif sangat diperlukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi dan rancangan-rancangan
yang dinegosiasikan untuk ke depannya.
h.
Sabar,
ulet dan tidak mudah putus asa
Sabar dan tidak
terburu-buru dalam bernegosiasi menandakan bahwa kita akan berpikir berulang
kali sebelum membuat sebuah keputusan, dan hal tersebut akan menambah kesan
positif kepada pihak yang kita ajak bernegosiasi. Sifat ulet dan tidak mudah
putus asa akan mencerminkan bahwa kita pekerja keras dan tidak mudah menyerah
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan kita.
i.
Mencintai
dan memiliki profesi yang ditekuni
Ketika kita mencintai
apa yang kita lakukan, kita akan melakukan hal tersebut dengan
bersungguh-sungguh dan seoptimal mungkin dengan mengharapkan hasil yang sesuai
keinginan. Ketika kita memiliki sikap tersebut, pihak lain tidak akan ragu
apabila bekerjasama dengan kita.
2.3
Kemenangan sebagai Dambaan Negosiator
Memenangkan
negosiasi adalah dambaan dan tujuan setiap negosiator. Namun, sebelum
memenangkan sebuah negosiasi kita perlu menang terhadap hal-hal berikut:
a.
Kelemahan
pribadi kita
Menang dari kelemahan
pribadi bagi sebagian orang bukan hal yang sulit, tetapi tidak sedikit yang
merasa sulit mengalahkan kelemahan dirinya sendiri. Hal tersebut bisa sulit
karena terkadang kita tidak tahu apa kelemahan kita, atau ketika kita sudah
tahu apa kelemahan diri kita tetapi tidak tahu
bagaimana mengalahkannya. Atau bahkan ada yang sudah mengetahui
kelemahan dan bagaimana mengalahkannya tetapi tidak mau melakukan sesuatu.
Kenapa kita perlu menyingkirkan kelemahan pribadi kita? Karena kelemahan dari
dalam sendiri akan menghancurkan kita suatu saat nanti.
b.
Godaan-godaan
di sekitar kita
Godaan dari luar bisa
diatasi ketika kita sudah teguh dan istiqomah dengan apa yang kita niatkan dan
kita tuju.
c.
Siasat
orang yang ingin merugikan
Untuk mengatasi siasat
dari orang-orang yang merugikan, kita bisa belajar dari pengalaman pribadi
ataupun pengalaman orang lain. Karena pengalaman adalah guru terbaik bagi siapa
saja yang memperhatikan.
d.
Jebakan
dan tipuan realitas-realitas palsu
Jebakan dan tipuan
realitas-realitas palsu juga bisa dipelajari dari pengalam pribadi maupun
orang-orang disekitar kita. Sehingga kita perlu sering melakukan sharing atau
tukar pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan tentang jebakan dan tipuan yang
ada di masyarakat saat ini.
e.
Keterbatasan-keterbatasan
alam
Tidak semua sumber daya
yang ada di alam akan selalu ada, ada beberapa sumber daya yang akan habis
suatu hari nanti. Untuk mengatasi hal tersebut seseorang harus membuat inovasi
guna menang terhadap keterbatasan alam.
f.
Keterbatasan-keterbatasan
organisasi
Pada sebuah organisasi
pasti ada keterbatasan yang dimiliki, mulai sarana dan prasarana, sumber daya
yang ada, maupun keterbatasan kekuasaan yang dimiliki. Untuk mengalahkan
keterbatasan-keterbatasan tersebut kita perlu melakukan berbagai upaya untuk
mengoptimalkan apa saja yang ada untuk mencapai tujuan dari organisasi.
Setelah
memenangkan beberapa hal di atas, untuk memenangkan sebuah negosiasi seorang negosiator
memerlukan beberapa hal pendukung, diantaranya:
a.
Siapa
atau apa lawan kita
b.
Pemahaman
akan sifat, karakter, dan kodrat lawan tersebut
c.
Analisis
atas kekuatan dan kelemahan lawan
d.
Situasi
dan kondisi medan pertempuran
e.
Sasaran
pertempuran yang jelas
f.
Pilihan
strategi dan taktik yang cukup
g.
Peralatan
dan amunisi perang yang ampuh
h.
Keterampilan
menggunakan alat-alat perang
i.
Disiplin
diri dan kelompok yang kuat
j.
Daya
juang, daya tahan dan optimisme tinggi
k.
Last
but not at least yaitu Restu Ilahi
Kenapa
seorang negosiator memerlukan hal pendukung tersebut? Karena ketika kita
mengetahui siapa lawan kita, bagaimana sifat dan karakter lawan dan apa
kekuatan dan kelemahannya kita akan mampu memperhitungkan bagaimana taktik
terbaik yang sebaiknya digunakan untuk menghadapi lawan. Sedangkan ketika kita
memiliki sasaran pertempuran yang jelas, mengetahui kondisi medan dan didukung
ketrampilan penggunaan amunisi yang ampuh, kita akan memiliki kepercayaan diri
yang cukup dalam menghadapi lawan dan siap melaksanakan taktik yang sudah
ditentukan. Dan ketika kita memiliki kedisiplinan tinggi, daya juang dan
optimisme tinggi kita tidak akan mudah menyerah pada keadaan dan akan
menggunakan taktik baru apabila taktik yang digunakan sebelumnya tidak berjalan
sesuai dengan harapan. Dan yang terakhir tetapi merupakan yang terpenting, kita
harus senantiasa berdo’a kepada Allah agar dipermudah segala urusan.
2.4
Prinsip-prinsip Pelaksanaan Negosiator
a. Persiapan negosiator
Seorang negosiator
dituntut untuk senantiasa mempersiapkan pelaksanaan negosiasi. Sebelum
melakukan lobby ada beberapa hal yang perlu disiapkan seorang negosiator,
antara lain:
1) Mempersiapkan bahan materi pembicaraan
2) Menyusun tujuan sekaligus target yang
akan dicapai
3) Membuat janji
4) Waktu pelaksanaan pertemuan
5) Dengan siapa
6) Mengenal lebih jauh yang akan di lobby
(kepribadian, hobi, sifat, karakter) dari orang-orang terdekat
7) Kenal dan akrab dengan orang-orang
terdekatnya (Sekretaris, ajudan, rekan kerja)
8) Persiapan penampilan (pakaian, sepatu,
dasi, alat tulis, dan lain-lain) sehingga menarik simpati dan meyakinkan.
9) Cheking seluruh persiapan.
b. Langkah Pertemuan Pelaksanaan Negosiasi
Langkah-langkah dalam
melakukan lobby adalah sebagai berikut :
1) Tepat janji disiplin waktu (sebelum
waktu yang ditentukan telah datang)
2) Tepat janji disiplin waktu
3) Saat pertemuan :
a) Didahului dengan salam yang hangat
(berjabat tangan dan senyum yang manis)
b) Awali pembicaraan yang menyenangkan
c) Uraikan secara jelas dan singkat
d) Maksud dan tujuan
e) Beri kesempatan untuk menanggapi
f) ikuti pembicaran dan ditanggapi dengan
halus, dengan menyanjung ataupun memberi usulan yang menarik
g) Jika sudah menyangkut pokok persoalan,
dalam menanggapi langsung dipancing, untuk mendukung atau menyetujui keinginan
kita sesuai dengan tujuan dan target pembicaraan.
h) Akhiri dengan menyimpulkan dan
meningkatkan atau pun mempertegas hasil pembicaraan.
i)
Akhiri
dengan kesan yang baik jika perlu tindak lanjut segera dibuat janji untuk
pertemuan berikutnya.
4) Setelah selesai pembicaraan jika ada
sekretaris atau ajudan atau staff sampaikan terima kasih. Dan diberibtahu
hal-hal yang sesuai dengan tugas mereka.
Pedoman untuk
melaksanakan negosiasi :
a) Mempunyai tujuan yang sudah ditentukan
dan jelas mengenai setiap hal yang akan disetujui lewat tawar-menawar dan
memahami kontek tujuan tadi ditetapkan.
b) Jangan tergesa-gesa.
c) Kalau ragu-ragu, adakan pertemuan
tertutup dengan anggota sendiri.
d) Buat persiapan yang baik dengan data
yang kuat untuk tujuan yang jelas ditentukan.
e) Pertahanan fleksibilitas dalam posisi
anda.
f) Cara motivator yang diinginkan oleh
pihak lain.
g) Jangan sampai macet. Bila tidak ada
kemajuan mengenai hal tertentu, lanjutkan dengan hal lain dan kembali ke hal
yang tadi kemudian. Bangun momentum untuk mencapai persetujuan.
h) Hargai pentingnya menyelamatkan muka
pihak lain.
i)
Jadilah
pendengar baik.
j)
Ciptakan
reputasi menjadi orang yang adil tetap tegas.
k) Kendalikan emosi anda.
l)
Pastikan
ketika anda melanjutkan setiap langkah tawar-menawar bahwa anda mengetahui
hubungannya dengan semua langkah yang yang lain.
m) Bandingkan setiap langkah dengan tujuan
anda.
n) Perhatikan baik-baik penggunaan kata
dari setiap bagian yang dinegosiasikan.
o) Ingat bahwa negosiasi secara wajar
merupakan proses kompromi.
p) Belajar untuk memahami orang mungkin
akan ada gunanya selama negosiasi.
q) Pertimbangkan dampak negosiasi saat ini
pada masa depan.
c.
Menentukan
Jalur Negosiasi
Langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Mengenal gaya negosiator.
a) Kooperatif
b) Agresif
2) Mengenal tipe negosiator.
a) Orang yang mencari keuntungan kecil dan
resiko yang kecil.
b) Orang yang mencari keuntungan besar dan
resiko yang besar
3) Mengenal teknik negosiator.
a) Garis keras (jelas dan mudah dipahami)
b) Lunak (tidak jelas apa yang menjadi
kemauannya)
Dengan
mengenal gaya, tipe dan teknik negosiator, maka seorang negosiator harus segera
memutuskan jalur negosiasi, maka akan ditempuh. Jalur win-win adalah negosiasi
yang prospek keuntungan kedua belak pihak, dikenal dengan nama situasi
menang-menang. Prosesintegratif seperti itu, kedua belah pihak berusaha untuk
melakukan rekonsiliasi kepentingan mereka ditandai dengan komunikasi yang
terbuka dan empati.
a) Kepentingan anda bersama.
b) Kekuatan anda seimbang atau lebih lemah.
c) Anda butuh hubungan yang harmonis dan
berkesinambungan.
d) Anda bisa mempercayai itikad dan
karakter pihak lain itu.
e) Kesempatan (deal) kompleks dan sukar
dicapai.
f) Pihak lain juga menghendaki jalur
win-win.
Contoh
: Industri besar saat ini lebih memfokuskan pada produk dan jasa inti. Mereka
biasanya bekerja sama menjual produk ini kepada perusahaan yang lebih kecil,
seperti barang dengan volume yang kecil.
Jalur
tawar-menawar murni adalah proses dengan masing-masing pihak cnderung mencari
perolehan dan keinginan maksimum dengan kerugian dipihak lain, ini sering
dikenal dengan situasi menang kalah. Jalur tawar-menawar dilakukan apabila:
a) Kepentingan anda jelas bertentangan.
b) Anda jauh lebih kuat.
c) Anda tidak membutuhkan hubungan yang
harmonis dan jangka panjang.
d) Anda kurang atau tidak mempercayai pihak
lain.
e) Kesepakatan (deal) mudah dicapai.
f) Pihak lain juga menghendaki jalur
tawar-menawar murni.
d.
Taktik
Secara
garis besar ada dua teknik yang umum dipakai dalam bernegosiasi yaitu teknik
“garis keras” dan “garis lunak” (pitty me). Masing-masing teknik dalam
prakteknya akan dibarengi macam-macam taktik.
Beberapa
taktik yang umum digunakan :
1) Taktik permintaan yang melewati batas.
Tujuan : membuat lawan
yang tidak siap menjadi kecut.
2) Taktik berpura-pura kasar.
Tujuan : membuat
lawannya merasa bersalah.
3) Taktik wewenang terbatas.
Tujuan : Mengurangi
tanggapan akan kekuatan diri dan menurunkan tingkat harapan.
Peringatan : Sesekali
pun hal ini mungkin dapat merugikan
e.
Strategi
Negosiasi
Strategi
digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar orang memperhatikan dan menuruti
kehendak seorang negosiator. Strategi biasanya digunakan oleh seorang sales
untuk memasarkan produk-produk barang dan jasa. Ada 4 strategi dalam memasarkan
barang, yaitu :
1) Asosiasi
Memanfaatkan
nama institusi/produk yang sudah dikenal luas. Dengan strategi tersebut seorang
negosiator mengharapkan efek positif dari nama yang terkenal tersebut. Contoh :
sepatu ini sama seperti sepatu merk adidas.
2) Disasosiasi
Memanfaatkan
nama/produk palsu atau jasa yang ditawarkan sehingga klien akan berpaling pada
produk lain. Contoh : produk itu palsu kualitasnya buruk sedangkan produk ini
bagus.
3) Random sample
Menawarkan
dengan cara memamerkan suatu produk yang terbaik sehingga wakil dari
keseluruhan produk yang ditawarkan. Strategi ini akan berdampak negative
apabila secara keseluruhan produk tidak seperti contoh yang dipamerkan.
Sebaliknya, strategi ini akan berdampak positif apabila pelanggan merasa puas
karena keseluruhan produk sama seperti contoh yang ditawarkan.
4) Salami
Menawarkan
produk atau jasa dengan cara membuat pihak lain semakin lama semakin mempercaya
dan mendapatkan kewenangan yang meningkat.
5) Win-win
Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang
berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya
menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai Integrative
negotiation. Contoh : pihak manajemen sepakat untuk memberikan paket PHK di
atas ketentuan pemerintah, dan pihak pekerja sepakat untuk dapat segera
mengakhiri hubungan kerja dengan damai.
6) Win-lose
Strategi
ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang di ambil. Dengan strategi ini
pihak yang berselisih saling saling berkompetensi untuk mendapatkan hasil yang
mereka inginkan. Contoh : pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji di
bawah target yang telah mereka usulkan sebelumnya kepada pihak perusahaan.
7) Lose-lose
Strategi
ini dipilih sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam
bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak
mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan. Contoh : pihak pengusaha
akhirnya melakukan upaya “lock out” karena pihak pekerja tidak bersedia untuk
menghentikan pemogokan.
8) Lose win
Strategi
ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat
dengan kekalahan mereka. Contoh : pihak pengusaha sengaja memberikan beberapa
konsesi yang tidak terlalu signifikan kepada pihak pekerja, dengan harapan
dapat membangun kepercayaan di masa yang akan datang.
f.
Kesalahan
umum dalam bernegosiasi
Bernegosiasi
tidak hanya memiliki taktik dan strategi tetapi memiliki kesalahan-kesalahan
yang perlu dipahami dalam bernegosiasi. Berikut ini adalah beberapa macam
kesalahan, yaitu :
1) Peningkatan komitmen yang tidak
rasional.
Hal
ini disebabkan karena adanya keinginan untuk menang dengan harga berapa pun.
Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi keinginan memenangkan
penawaran dengan cara apapun. Faktor pertama, komitmen terhadap sasaran
seringkali mempengaruhi pandangan dan penilaian seseorang. Faktor kedua,
kebutuhan untuk mempertahankan reputasi. Mereka yang merasa memiliki reputasi
sebagai orang yang berhasil tidak akan mau mengaku kalah.
Faktor
terakhir, komitmen terhadap sasaran yang berlebihan membuat orang merubah
negosiasi sebagai temapt untuk bekerjasama menjadi arena pertandingan adu
kemampuan. Hal ini jelas terlihat dalam suasana tender atau lelang. Akibatnya
penawaran yang dilakukan bukan soal harga bendanya lagi tetapi soal harga diri.
2) Mitos kue tart.
Banyak
orang yang beranggapan bahwa kerjasama itu seperti kue tart, bial satu orang
mendapat lebih banyak maka yang lain akan mendapat kurang. Hal ini disebut
negosisai distributive, yang umpamanya menyangkut satu masalah saja. Sebagai
contoh ialah dalam tawar menawar membeli buah, dimana masalah utama hanyalah
membeli dengan harga yang semurah-murahnya.
Akan
tetapi, sebagian besar negosiasi bukanlah sekedar siapa yang mendapat bagian
tart terbesar, tetapi biasanya melibatkan berbagai hal yang dinilai berbeda
bagi masing-masing pihak. Membawa berbagai hal untuk ditawarkan memungkinkan
dilakukannya negosiasi terintegrasi yang menguntungkan semua pihak. Untuk
menghindari kesalahan ini, sangat perlu mengetahui urutan prioritas dari
berbagai hal yang mungkin dirundingkan.
3) Bertahan
Negosiasi
memerlukan kesediaan semua pihak untuk member dan menerima. Jika satu pihak
terus terus bertahan pada penawaran semula, maka kesepakatan akan sulit
dicapai. Hal ini disebabkan karena negosiator yang bersangkutan menggunakan tawaran
pertama sebagai pegangan dalam bernegosiasi. Jika negosiasi ingin berlanjut,
maka tiap pihak perlu terus menyesuaikan penawarannya hingga kesepakatan
tercapai.
4) Sudut pandang penawaran.
Penawaran
atau usulan dapat dilihat sebagai suatu yang membawa beberapa keuntungan atau
sesuatu yang membawa kerugian. Karena itu jika faktor keuntungan ditenkankan
ketika menawarkan atau mengusulkan sesuatu, maka pihak lain akan lebih mudah
untuk menerima usulan tersebut. Tidak perlu juga membuat nilai-nilai positif,
karena setiap usulan yang benar pasti memiliki nilai positif dan negatif.
5) Tersedianya informasi.
Memiliki
informasi yang cukup yang akurat penting sekali untuk bernegosiasi. Akan tetapi
salah jika terlalu bersandar pada informasi yang dimiliki. Ingatlah bahwa
informasi (baik jumlahnya maupun cara penyebarannya) mempunyai kekuatan sendiri
yang dapat merugikan kita juga. Karena itu amatlah penting untuk menangani
informasi yang ada dengan hati-hati dan bijaksana.
6) Terlalu percaya diri.
Sesuatu
hal yang sudah paling umum dijumpai dalam negosiasi. Kepercayaan diri penting
dalam negosiasi agar tidak gentar menghadapi gertakan lawan. Tetapi percaya
diri yang berlebihan akan membuat seorang negosiator berfikir dan bertindak
kurang rasional. Kepercayaan diri yang berlebihan dan amat terlihat akan
membuat pihak lain menjadi segan untuk bernegosiasi lebih lanjut. Percaya diri
yang berlebihan juga disebabkan oleh ilusi yang berlebihan. Ilusi membuat orang
melihat dunia seperti yang dia inginkan dan bukan seperti apa adanya. Akibatnya
orang tersebut akan kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya.
g.
Cara
Mengatasi Hambatan Dalam Bernegosiasi
Beberapa
langkah mengatasi jalan buntu dalam negosiasi. Kadang-kadang meskipun
kesepakatan telah dicapai oleh kedua pihak, “gap” sering kali masih ada dalam
proses negosiasi. Tentu saja hal ini sebaliknya segera diatasi atau dapat
menyebabkan duri dalam kesepakatan yang saja kemudian hari akan menjadi
penyebab batalnya kesepakatan. Bila anda-anda mengahadapi situasi seperti ini
maka tanyakan diri anda dengan pertanyyan-pertanyaan berikut :
1) Apa yang menyebabkan buntunya negosiasi?
2) Apakah masih ada jalan lain/aspek lain
yang dapat anda kerjakan agar menjadi “duri penyebab jalan buntu” menjadi
sesuatu yang menarik tanpa harus ada konsep lain?
3) Apakah mungkin dibuat kepakatan baru
yang mengurangi kemacetan bernegosiasi?
Bila
pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dijawab ternyata jawaban semuanya “tidak”
maka proses negosiasi sebaiknya ditinjau kembali apakah memang masih
menguntungkan untuk diteruskan, karena bila tidak benar menguntungkan sebaiknya
didrop saja kondisi negosiasi seperti itu.
Pada
umumnya ada beberapa kendala dalam bernegosiasi. Namun, ada juga cara untuk
mengatasi kendala tersebut.
1) Ketidakpuasan mereka
Cara mengatasinya :
“build
them a golden bridge”
a) Identifikasi kepentingan mereka,
terutama kepentingan yang bersifat substantive, procedural dam psikologis.
b) Gambarkan hasil yang akan mencerminkan
keberhasilan mereka.
2) Kekuatan mereka
Cara mengatasinya :
“use
power to educated”
Meyakinkan mereka bahwa
“harga” (keinginan “mengalahkan” yang harus mereka bayar akan “ win pihak
lain-loose lebih “mahal” dibandingkan apabila mereka berhasil mencapai
kesepakatan.
3) Reaksi mereka
Cara mengatasinya :
“go
to the balcony”
Tidak bereaksi
4) Emosi mereka (marah, takut, curiga)
Cara mengatasinya :
“step
to the their side”
Jangan melakukan kotra serangan
5)
Posisi
mereka
Cara mengatasinya :
“reframe”
Coba memahami keinginan pihak lawan
2.5
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara
dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau
menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan
apresiasi.
Memasuki millenium
baru, dunia usaha banyak menghadapi masalah kompleks. Bukan saja karena cakupan
bisnisnya yang semakin beragam, melainkan juga karena skala bisnis sudah
menjadi problem yang sangat luas. Sejumlah ahli mengatakan bisnis sudah
menjadi masalah global. Mengapa sampai demikian?
- Pertama, karena semakin pesatnya
kemajuan di bidang sain dan teknologi, sehingga merangsang terciptanya
sistem dan proses produksi yang efisien. Produksi barang dan jasa sudah
melampaui batas kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga perlu di
ekspor.
- Kedua, karena teknologi telah
mempercepat pembangunan sarana dan prasarana transportasi, sehingga
mobilitas sosial menjadi semakin cepat dan tinggi.
- Ketiga, bersamaan dengan itu,
kemajuan di bidang transformasi informasi [komunikasi] juga berlangsung
sangat pesat, sehingga informasi tentang keadaan tertentu dapat
disampaikan tanpa tergantung pada jarak geografis. Bukan itu saja,
kemajuan di bidang komunikasi [media massa] telah mempengaruhi pola-pola
bisnis antarmanusia.
Fenomena inilah yang menyadarkan
banyak orang betapa pentingnya memahami gejala komunikasi dalam rangka memahami
gejala bisnis.
Jika kita melihat bisnis dan
komunikasi sebagai sama-sama suatu proses sosial, kita akan sampai pada
kesimpulan bahwa komunikasi adalah bisnis dan, sebaliknya, bisnis adalah
komunikasi. Artinya, pada tingkatan gejala [fenomena], antara komunikasi dan
bisnis merupakan gejala yang terintegrasi. Tidak bisa dipisah-pisahkan.
Bisnis dan komunikasi sama-sama
memulai kegiatannya dengan melakukan proses produksi. Lebih jelasnya bisa dijelaskan
sbb :
- Dalam komunikasi, yang diproduksi
dinamakan informasi; sedangkan dalam bisnis, yang diproduksi adalah barang
dan jasa. Dalam konteks tertentu, informasi juga termasuk barang dan jasa.
Misalnya : informasi lewat surat kabar, majalah, televisi, dll.
- Kemudian, bisnis dan komunikasi
menyampaikan produk tsb kepada pihak lain. Dalam komunikasi, pihak lain
bisa disebut communicator, audience, destination,
dst. Sementara dalam kegiatan bisnis pihak lain sering disebut konsumen, klien,
buyer, dst.
- Komunikasi dan bisnis sama-sama
menimbulkan reaksi tertentu dan mempunyai hambatan-hambatan yang
spesifik.
Dengan cara berpikir di atas,
kita akan berusaha menjelajahi kajian-kajian yang relevan tentang hubungan
bisnis dengan komunikasi. Ada tiga kajian yang bisa kita telaah :
- Kajian tentang kegiatan bisnis dari
perspektif komunikasi. Bagaimana sudut pandangan komunikasi menerangkan
gejala bisnis.
- Kajian tentang kegiatan komunikasi
dari perspektif bisnis. Bagaimana sudut pandang bisnis dalam menerangkan kegiatan
komunikasi. Atau, secara sederhana, komunikasi sebagai bisnis.
- Kajian tentang faktor-faktor
eksternal dari keduanya yang turut terlibat dalam proses komunikasi maupun
bisnis.
2.6
Penyelenggaraan
Komunikasi dengan Pasar
Dengan
timbulnya situasi ” Ekonomic Of Relatife Plenty ” dewasa ini pengusaha harus berusaha
untuk menutup jurang yang terbentang antara produsen dengan masyarakat konsumen
selaku pembeli atau pemakai barang dan jasa yang dihasilkan. Menjadi tugas dan
tanggung jawabnya selaku seorang pengusaha untuk selalu dapat mempengaruhi
besarnya permintaan akan barang produksi perusahaannya, selalu berusaha untuk
mencari pembeli yang dihasilkannya. Sebagai pengusaha dia harus memberitakan
penyempurnaan- penyempurnaan produksi yang telah dicapinya, dimana barang yang
di hasilkan dapat di peroleh masyarakat konsumen. Setiap pengusaha harus
memelihara konsumen dengan pasar.
Penyelenggaran
komunikasi dengan pasar, merupakan suatu syarat mutlak bagi setiap produsen
yang menghasilkan produk secara besar-basaran yang ditunjukan kepada para
konsumen yang tidak dikenalnya. Penyelenggaraan komunikasi dengan pasar juga
dapat disebut suatu syarat mutlak bagi pengusaha yang ingin menjamin
kelangsungan hidup perusahaannya dan terus maju berkembang.
Dalam
lingkungan bisnis ada aneka sarana komunikasi perdagangan yang dapat
dipergunakan para pengusaha untuk berkomunikasi dengan konsumen. Sarana-sarana
komunikasi perdagangan yang tersedia antara lain dalam wujud pengirimin surat,
pengiriman kawat, percakapan telepon, kunjungan pribadi dll.
Jenis-jenis sarana komunikasi perdagangan yang disebut tadi hanya sesuai bilamana dipergunakan dalam daerah pemasaran barang dan jasa yang ruang lingkupnya terbatas.
Jenis-jenis sarana komunikasi perdagangan yang disebut tadi hanya sesuai bilamana dipergunakan dalam daerah pemasaran barang dan jasa yang ruang lingkupnya terbatas.
Untuk
berkomunikasi dalam daerah pemasaran yang sangat luas, dimana calon konsumen
kita jumlahnya beribu-ribu bahkan mungkin mencapai jutaan dan puluhan juta.
Kita memerlukan sarana komunikasi yang khusus seperti periklanan. Karena
periklanan dalam rangkaian usaha yang dilakukan setiap pengusaha merupakan
suatu alat pemasaran yang bidang geraknya justru bergerak dalam komunikasi
masa.
2.7
Peranan Komunikasi
Komunikasi
merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling
berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di
tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada.
Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya
komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan
dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak
adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalam
suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai
kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus
diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru tidak datang
mengajar. Akibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan
kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi
sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi
perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi
yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para
pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan
menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981).
2.8
Tujuan
Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif
komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Keempat tujuan tersebut adalah :
a.
Penemuan diri (personal discovery)
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita
memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku
kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita
ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini
membantu kita merasa “normal.”
Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan
sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan
kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri
sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
b. Untuk berhubungan dan memelihara
hubungan dengan orang lain
Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan
memelihara hubungan sosial. Berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di
kantor, dan barangkali melalui telepon berbincang-bincang dengan orangtua,
anak-anak, dan saudara, serta berinteraksi dengan mitra kerja.
c. Untuk meyakinkan
Media
masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku
kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk
mendorong kita membeli berbagai produk.
d. Untuk bermain
Kita
menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri.
Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk
hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk
menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan
mengaitkan cerita-cerita yang menarik).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada
makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Negosiasi
(perundingan) adalah suatu upaya untuk mengatasi perbedaan pendapat antara
kedua belah pihak.
b.
Karakteristik
negosiator yang baik antara lain: percaya diri, menghargai orang lain,
menciptakan penampilan yang baik, dapat mengendalikan emosi, tidak merasa
sempurna, ramah, sopan, simpatik dan humoris, berpikir positif, sabar, ulet dan
tidak mudah putus asa, mencintai dan memiliki profesi yang ditekuni.
c.
Untuk
memenangkan sebuah negosiasi seorang negosiator memerlukan beberapa hal
pendukung, diantaranya: siapa atau apa lawan kita, pemahaman akan sifat,
karakter, dan kodrat lawan tersebut, analisis atas kekuatan dan kelemahan
lawan, situasi dan kondisi medan pertempuran, sasaran pertempuran yang jelas,
pilihan strategi dan taktik yang cukup, peralatan dan amunisi perang yang
ampuh, keterampilan menggunakan alat-alat perang, disiplin diri dan kelompok
yang kuat, daya juang, daya tahan dan optimisme tinggi, last but not at least
yaitu Restu Ilahi.
d.
Prinsip-prinsip
pelaksanaan negosiator, diantaranya: persiapan negosiator, langkah pertemuan
pelaksanaan negosiasi, menentukan jalur negosiasi, taktik, strategi negosiasi,
kesalahan umum dalam bernegosiasi, dan cara mengatasi hambatan dalam
bernegosiasi.
3.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat
memberikan saran kepada pembaca sebagai berikut:
1.
Sebagai generasi muda hendaknya kita memiliki
pengetahuan yang luas dengan banyak membaca referensi-referensi yang akurat dan
dapat dipercaya.
2.
Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita mampu
dan mau menyalurkan ilmu yang dimiliki untuk dibagi kepada sesama sehingga
bermanfaat dan tercipta kelestarian lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Budi. 2008. Negosiasi: Ketrampilan Negosiasi dan
Manajemen Konflik. Yogyakarta. < http://mti.ugm.ac.id/~budi/static.php?kat=I
>
Ramelan, Mariana. 1998.
Seminar Pengembangan Pribadi Public
Speaking dan Table Manners. Jakarta. < http://www.oocities.org/winayan/tatakrama.html
>
Riani, Asri Laksmi,
dkk. 2005. Usaha: Dasar-dasar
Kewirausahaan. Surakarta: UNS Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar